BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit akibat krisis yang terjadi pertengahan tahun 1997 dan sampai sekarang belum mengalami pemulihan secara total. Banyak perusahaan yang gulung tikar karena menderita kerugian dan tidak bisa bertahan dalam perekonomian seperti ini. Maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan, baik yang menyangkut perencanaan maupun pengendaliannya. Selain itu di zaman perdagangan bebas ini, setiap perusahaan harus siap untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
Laporan keuangan perusahaan manufaktur adalah suatu proses pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan atas kejadian ekonomi dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan dalam suatu perusahaan manufaktur yaitu untuk mencapai produksi dan produktifitas yang optimal agar dapat digunakan untuk pengambilan-pengambilan keputusan atau kebijakan dalam memilih alternative sehingga operasional produksinya dapat lebih efektif dan efesien. Konsep dasar dalam penyusunan laporan keuangan adalah penyediaan data yang akurat dan dapat dipercaya, serta dapat teruji kebenarannya sehingga dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan.
1.2 Masalah
Saat ini banyak generasi muda terutama kalangan para pelajar yang tidak peduli dengan ilmu pengetahuan tentang perusahaan, padahal hal ini sangat penting untuk bekal para pelajar ketika bekerja di suatu perusahaan, berikut ini adalah masalah-masalah yang sebenarnya terjadi saat ini.
1. Mereka tidak mengenal apa itu perusahaan manufaktur ?
2. Bagaimana laporan keuangan dalam perusahaan manufaktur?
3. Bagaimana sistem produksi dalam perusahaan manufaktur?
1.3 Tujuan
1. Mengenal perusahaan manufaktur
2. Mengetahui cara menyusun laporan keuangan dalam perusahaan manufaktur
3. Mengetahui sistem produksi di dalam perusahaan manufaktur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.[2]
Perbedaan yang terdapat dalam akuntasi untuk perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang,disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sifat operasinya.ciri pokok operasi perusahaan dagang adalah menjual barang dagangan tanpa mengolah lebih dahulu barang yang dibelinnya.dengan perkataan lain perusaahaan dagang tidak melakukan proses produksi,sehingga barang yang dibeli langsung dijual.dengan demikian penentuan harga pokok barang yang dibeli maupun dijual dalam perusahaan dagang relative mudah.operasi perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang,karena perusahaan manufaktur membuat sendiri barang yang akan dijualnya.Dalam perusahaan manufaktur,penentuan harga pokok barang yang diproduksi dan harga pokok penjualan harus melalui beberapa tahapan yang lebih rumit.perusahaan manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang dipakai,dengan biaya tenaga kerja dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan ini,marilah kita bandingkan harga pokok penjualan dalam laporan rugi-laba perusahaan dagang degan laporan rugi-laba perusahaan manufaktur.
Perusahaan dagang
|
Perusahaan manufaktur
|
Harga pokok penjualan :…………
Pers Awal brg dagangan……. Rp 14.200,00
Pembelian bers…………………. 34.150,00
Barang tersedia dijual………… Rp 48.350,00
Pers. akhir brg dagangan…… 12.100.00
Harga pokok penjualan……… .Rp 36.250.00
|
Harga Pokok Penjualan :
Pers. Awal Barang Jadi………Rp 11.200,00
Harga Pokok Produksi
(Lihat LaProd Poran
Harga Pokok uksi) …….… 170.500,00
Barang Tersedia Dijual Rp.181.700,00
Pers Akhir Barang Jadi 10.300,00
Harga pokok penjualan……Rp.171.400,00
|
Perbedaan ini timbul karena perusahaan dagang langsung menjual barang yang dibelinya,sedangkan peusahaan manufaktur harus membuat dulu barang yang akan dijualnya.Laporan harga pokok produksi menujukkan biaya untuk menghasilkan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur.Adanya perbedaan catatan dan teknik yang digunakan dalam akuntansi untuk biaya-biaya ini,menyebabkan timbulnya perbedaan dalam karakteristik akuntansi perusahaan manufaktur.
2.2. Kegiatan dan Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Pada perusahaan dagang, persediaan barang dagang diperoleh dengan membeli barang tersebut dari pedagang besar lainnya atau langsung membeli dari produsen.Tanpa terlebih dahulu melakukan perubahan bentuk, barang tersebut kemudian dijual kembali. Pada perusahaan manufaktur (manufacturing company), persediaan barang yang siap untuk dijual merupakan hasil proses produksi dengan pemakaian sejumlah bahan baku dan penggunaan sumber daya tenaga kerja dan kapasitas pabrik seperti mesin.
2.3 Elemen-elemen Biaya Produksi
Dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk,perusahaan manufaktur biasanya mengeluarkan berbagai macam biaya.Biaya yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 golongan besar,yakni :bahan langsung,tenaga kerja langsung,dan overhead pabrik.
2.3.1 Bahan Langsung
Bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk jadi disebutbahan langsung.sebagai contoh,bahan langsung dalam sebuah pabrik sepatu terdiri dari kulit,kain,benang,paku,dan lem. Bahan langsug harus dibedakan daribahan tak langsungyang meliputi bahan-bahan perlengkapan pabrik seperti minyak dan oli mesin,bahan bakar dan sebagainya.bahan tak langsung digunakan dalam proses produksi,tetapi tidak menjadi bagian dari produk jadi.oleh karena itu,biaya bahan tak langsung menjadi sukar untuk ditelusuri ke unit barang tertentu atau proses tertentu Itulah sebabnya, dalam akuntansi untuk biyaya produksi, biaya bahan tak langsung diperlukan sebagai overhead pabrik.
Barang-barang yag dibeli perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi disebut bahan baku(raw material).biasanya bahan baku digunakan dalam proses produksi,seperti halnya bahan langsung.pada saat dibeli bahan tersebut didebet ke rekening pembelian bahan baku.akan tetapi jika bahan yang dibeli tersebut akan digunakan sebagai bahan tak langsung,maka rekening yang digunakan adalah perlengkapan pabrik.
2.3.2 Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses mengubah bahan menjadi produk jadi disebut tenaga kerja langsung.tenaga kerja tak langsung digunakan dalam proses produksi tetapi tidak bias dihubungkan atau diterapkan pada suatu produktertentu.oleh karena itu tenaga kerja tak langsung tidak dapat dengan mudah dihubungkan atau dibebankan pada unit atau proses tertentu. Contoh tenaga kerja tak langsung adalah tenaga pengawas,tenaga pemeliharaan mesin,dan tenaga pembersih.
Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung dalam system akuntansi umum disebut tenaa kerja langsung.Sedangkan biaya kerja tak langsung dicatat dalam satu atau beberapa rekening tenaga kerja tak langsung.
2.3.4 Overhead Pabrik
Biaya-biaya produksi lain,selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung disebut overhead pabrik.Biaya-biaya ini disebut juga biaya produksi tak langsung.Contoh biaya overhead pabrik adalah:
Contoh overhead pabrik
Tenaga kerja tak langsung Biaya listrik pabrik
Bahan tak langsung : Biaya gas pabrik
Bahan Pembersih Depresiasi mesin dan peralatan
Bahan Pelumas (oil dll) Amortisasi hak paten
Bahan bakar (solar dll) Penghapusan alat-alat kerja kecil
Reparasi gedung dan peralatan pabrik Asuransi tenaga kerja
Asuransi peralatan pabrik Pajak penghasilan tenaga kerja
Pajak bangunan pabrik Pabrik
|
2.4 Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur.
2.4.1 Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
a. Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
b. Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik
2.4.2 Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
2.4.3 Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
2.4.4 Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
2.4.5 Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
2.5 Laporan Keuangan
Laporan Keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan keuangan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada bagian Aktiva Lancar di Neraca dan Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba.
2.6 Neraca
Perbandingan Neraca Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Neraca sebagian
31 Desember 2010
|
Perusahaan Manufaktur
Neraca sebagian
31 Desember 2010
| |||
Aktiva Lancar:
|
Aktiva Lancar:
| |||
Kas
|
1.000
|
Kas
|
1.200
| |
Piutang (bersih)
|
13.000
|
Piutang (bersih)
|
4.000
| |
Persediaan Barang Dagang
|
9.000
|
Persediaan:
| ||
Sewa Dibayar di Muka
|
2.900
|
Barang Jadi
|
15.000
| |
25.900
|
Barang Dalam Proses
|
18.000
| ||
Bahan Baku
|
9.000
| |||
42.000
| ||||
Sewa Dibayar di Muka
|
1.600
| |||
48.800
|
48.800
|
2.7 Laporan Rugi-Laba
Perbandingan bagian Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba antara Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2010
| ||
Harga Pokok Penjualan:
| ||
Persediaan Barang Dagangan 1 Januari …………
|
Rp 10.000
| |
(+) Pembelian Bersih …………………..…………..
|
99.250
| |
Barang Tersedia Untuk Dijual ……………………
|
Rp 109.250
| |
(-) Persediaan Barang Dagangan 31 Desember …….
|
9.000
| |
Harga Pokok Penjualan …………………………….
|
Rp 100.250
| |
Perusahaan Manufaktur
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2010
| ||
Harga Pokok Penjualan:
| ||
Persediaan Barang Jadi 1 Januari ………………….
|
Rp 12.000
| |
(+) Harga Pokok Produksi (lihat skedul) ……………
|
688.000
| |
Barang Tersedia Untuk Dijual ……………………….
|
Rp 700.000
| |
(-) Persediaan Barang Jadi 31 Desember ………….
|
15.000
| |
Harga Pokok Penjualan
|
Rp 685.000
| |
Komponen yang berbeda digambarkan secara skematis sebagai berikut:
Perusahaan Dagang:
Persediaan Barang Dagangan (Awal) + Pembelian Bersih - Persediaan BarangDagangan (Akhir) = Harga PokokPenjualan
Perusahaan Manufaktur:
Persediaan Barang Jadi (Awal) + Harga Pokok Produksi - Persediaan BarangJadi (Akhir) = Harga PokokPenjualan
Pada perusahaan manufaktur diperlukan banyak rekening untuk menentukan harga pokok produksi, tetapi dalam Laporan Rugi-Laba hanya disajikan totalnya saja, sedangkan rinciannya disajikan dalam Skedul Harga Pokok Produksi.
Contoh Skedul Harga Pokok Produksi (merupakan lampiran Laporan Rugi-Laba di atas):
Skedul Harga Pokok Produksi
Tahun 2015
| |||
Persediaan Barang Dalam Proses 1 Januari …………………..
|
Rp 10.000
| ||
Ditambah:
| |||
Bahan Baku:
| |||
Persediaan 1 Januari ………………..
|
Rp 5.000
| ||
Ditambah: Pembelian ……………….
|
100.000
| ||
Tersedia Dipakai …………..………...
|
Rp105.000
| ||
Dikurangi : Persediaan 31 Desember
|
9.000
| ||
Bahan Baku Dipakai ………………………………..
|
Rp 96.000
| ||
Biaya Tenaga Kerja Langsung …………………….….
|
200.000
| ||
Biaya Overhead Pabrik:
| |||
Tenaga Kerja Tidak Langsung ..……
|
Rp 50.000
| ||
Listrik dan Air …………………………
|
140.000
| ||
Bahan Habis Pakai Pabrik ………….
|
30.000
| ||
Penyusutan Gedung Pabrik ………...
|
120.000
| ||
Penyusutan Mesin …………………...
|
60.000
| ||
Total Biaya Overhead Pabrik ………………………
|
400.000
| ||
Total Biaya Produksi tahun ini ……………………………………
|
696.000
| ||
Total Biaya Barang Dalam Proses …………………………………
|
Rp 706.000
| ||
Dikurangi:
| |||
Persediaan Barang Dalam Proses 31 Desember ……………..
|
18.000
| ||
Harga Pokok Produksi ………………………………………………
|
Rp 688.000
| ||
2.8 Harga Pokok Produksi
Biaya produksi atau Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured) merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi.
Biaya-biaya tersebut terdiri dari:
Biaya Bahan Baku (disingkat BBB)
Biaya Tenaga Kerja Langsung ( disingkat BTKL)
Biaya Overhead Pabrik (disingkat BOP)
2.8.1 Biaya Bahan Baku
Biaya Bahan Baku adalah harga perolehan (harga pokok) seluruh substansi / materi pokok yang terdapat pada barang jadi.
Bahan baku merupakan bagian Barang jadi yang dapat ditelusur keberadaannya.
Bahan baku pada sebuah pabrik dapat berasal dari Barang jadi pabrik yang lain.
2.8.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan mesin.
Tenaga kerja langsung memperoleh kontraprestasi yang dikategorikan sebagai Biaya tenaga kerja langsung. Jadi, Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung.
2.8.3 Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik, a.l.:
Biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti Upah pengawas, mandor, mekanik, bagian reparasi, dll
Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, tetapi kuantitasnya sangat kecil dan tidak dapat ditelusur keberadaannya pada barang jadi.
Biaya penyusutan gedung pabrik, Biaya penyusutan mesin, dll.
2.9 Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi perusahaan manufaktur sama dengan siklus akuntansi perusahaan dagang.
Akuntansi perusahaan manufaktur dengan sistem fisik:
1. Rekening Persediaan Bahan Baku hanya digunakan untuk mencatat nilai bahan baku yang masih tersisa, baik di awal maupun akhir periode.
2. Transaksi pembelian Bahan baku tidak dicatat ke rekening Persediaan Bahan Baku, tetapi dicatat ke rekening Pembelian Bahan Baku, seperti terlihat pada jurnal berikut:
Mei
|
17
|
Pembelian Bahan Baku
Kas / Utang Dagang
|
Rp 100.000
|
Rp 100.000
|
3. Rekening Persediaan Barang DalamProses hanya digunakan untuk mencatat nilai barang yang masih dalam proses, baik di awal maupun akhir periode.
4. Rekening Persediaan Barang Jadi hanya digunakan untuk mencatat nilai barang jadi pada awal dan akhir periode.
5. Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur sama dengan jurnal penyesuaian untuk perusahaan dagang.
6. Neraca Lajur untuk perusahaan manufaktur pada prinsipnya sama dengan neraca lajur untuk perusahaan dagang, tetapi ditambahkan kolom untuk skedul harga pokok produksi.
Contoh Neraca Lajur Sebagian:
Perusahaan Manufaktur
Neraca Lajur sebagian
Periode tahun 2010
| ||||||||
Nama Rekening
|
NSSD
|
Harga Pokok Poduksi
|
Laporan Rugi-Laba
|
Neraca
| ||||
Debit
|
Kredit
|
Debit
|
Kredit
|
Debit
|
Kredit
|
Debit
|
Kredit
| |
Persediaan Barang Jadi
|
12.000
|
12.000
|
15.000
|
15.000
| ||||
Persed. Barang Dlm. Proses
|
10.000
|
10.000
|
18.000
|
18.000
| ||||
Persediaan Bahan Baku
|
5.000
|
5.000
|
9.000
|
9.000
| ||||
Pembelian Bahan Baku
|
100.000
|
100.000
| ||||||
Biaya Tenaga Kerja Lgsg.
|
200.000
|
200.000
| ||||||
Biaya Tenaga Kerja Tak Lgsg.
|
50.000
|
50.000
| ||||||
Biaya Listrik dan Air
|
140.000
|
140.000
| ||||||
Biaya Bahan Habis Pakai
|
30.000
|
30.000
| ||||||
Biaya Penyst. Gedung Pabrik
|
120.000
|
120.000
| ||||||
Biaya Penyst. Mesin
|
60.000
|
60.000
| ||||||
Biaya Pemasaran
|
40.000
|
40.000
| ||||||
Penjualan
|
1.500.000
|
1.500.000
| ||||||
……….
|
………..
|
715.000
|
27.000
| |||||
Harga Pokok Produksi
|
688.000
| |||||||
715.000
|
715.000
|
2.10 Jurnal Penutup
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Dalam perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi digunakan untuk menutup semua rekening yang akan dilaporkan di Skedul Harga Pokok Produksi. Saldo rekening ini kemudian ditransfer ke rekening Ikhtisar Rugi-Laba.
Contoh:
Des.
|
31
|
Harga Pokok Produksi
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku
Pembelian Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Biaya Listrik dan Air
Biaya Bahan Habis Pakai
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik
Biaya Penyusutan Mesin
(untuk menutup rekening-rekening Persediaan Bahan Baku awal, Barang Dalam Proses awal, dan rekening-rekening Biaya produksi)
|
Rp 715.000
|
Rp 10.000
5.000
100.000
200.000
50.000
140.000
30.000
120.000
60.000
| ||
31
|
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku
Harga Pokok Produksi
(untuk mencatat persediaan akhir barang dalam proses dan bahan baku)
|
Rp 18.000
9.000
|
Rp 27.000
| |||
31
|
Persediaan Barang Jadi
Penjualan
Ikhtisar Rugi-Laba
(untuk mencatat persediaan akhir barang jadi dan menutup rekening penjualan)
|
Rp 15.000
1.500.000
|
Rp 1.515.000
| |||
31
|
Ikhtisar Rugi-Laba
Persediaan Barang Jadi
Harga Pokok Produksi
(untuk menutup rekening persediaan awal barang jadi dan harga pokok produksi)
|
Rp 700.000
|
Rp 12.000
688.000
| |||
31
|
Ikhtisar Rugi-Laba
Biaya Pemasaran
(untuk menutup biaya pemasaran)
|
Rp 40.000
| ||||
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan kita selama menyusun dan mencari sumber referensi makalah ini bahwa:
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang dari bahan baku, bahan setengah jadi ssampai dengan barang jadi yang siap untuk di jual.
Setiap perusahaan manufaktur harus menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) dengan cara BBB+BTKL+BOP.
Setiap data laporan keungan perusahaan manufaktur harus valid, akurat, dapat dipercaya dan ada buktinya.
3.2 Saran
Proses penyelesaian makalah harus diselesaikan tepat waktu dan akurat, untuk itu agarpenulis betul-betul lebih meiliki rasa tanggungjawab yang besar agar data tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Sebaiknya dalam suatu penyusunan makalah harus benar-benar jelas dan tidak membingungkan agar pembaca dapat mengerti apa yang dituliskan oleh penulis.
Saya merasa senang bisa bekerja sama dengan Tn. Pedro selama beberapa tahun sebagai mitra bisnis. Selama Pedro dan tim perusahaan pinjamannya bertugas sebagai Perwakilan Hipotek untuk rumah saya dan juga untuk pembiayaan bisnis saya, dia membantu saya melunasi pinjaman yang sangat membantu saya dalam bisnis saya saat ini. Kami secara konsisten jauh melampaui target kami dan ini hanya dapat dikaitkan dengan kerja keras Tn. Pedro. Saya menghargai kerja keras Anda dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim Anda karena telah membantu saya dengan pinjaman untuk mengembangkan bisnis saya. Jika Anda mencari pinjaman dalam bentuk apa pun, hubungi Tn. Pedro di...pedroloanss@gmail.com
BalasHapusWhatsapp +393510140339 Tn. Pedro adalah petugas pinjaman yang jujur yang bekerja dengan sejumlah besar investor yang bersedia membiayai proyek apa pun.
Untungnya, seiring berjalannya waktu, hubungan kami tumbuh lebih dari sekadar pekerjaan dan saya masih senang menyebutnya sebagai teman yang dapat dipercaya.